Senin, 13 April 2009

Dr. H.Bimo Banyuaji

Dr H Bimo Bayuadji
Tukang Identifikasi Jenazah
WAKIL Ketua PMI Cabang Kabupaten Tegal, dr H Bimo Bayuadji (54), hampir pasti sering terlihat pada saat-saat ada kejadian yang menelan korban jiwa cukup banyak. Tak heran, karena Kepala Puskesmas Pangkah ini memang dikenal memiliki keringanan tangan dalam ikut memecahkan kesulitan dalam kejadian kecelakaan lalu lintas. Apalagi dia juga anggota Bantuan Sistem Komunikasi Radio Antar Penduduk Indonesia (Bansiskom Rapi) dengan call sign JZ11OXN.
Contohnya, pada saat kejadian kecelakaan tunggal bus Sinar Jaya B-7554-YL di jalan raya Desa Lebaksiu Lor, Kabupaten Tegal, Kamis (23/1) sekitar pukul 23.00, Bimo bersama Satuan Penanggulangan Bencana (Satgana) PMI, ikut terjun membantu polisi dalam penanganan penanggulangan korban.
Di tempat kejadian perkara sambil menenteng pesawat HT dia sering memberi instruksi kepada anggota Satgana untuk membantu mengangkat mayat. Sebanyak 18 korban tewas, lalu dilarikan ke rumah sakit.
Hal yang mencolok ketika sejumlah petugas memasuki ruang mayat Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soeselo, dia sendiri masuk tanpa menutup hidungnya dengan kain penutup. Bahkan, untuk lebih memastikan bagian-bagian mayat, tak jarang dia harus mendekatkan kepalanya ke tubuh korban yang hangus menghitam.
''Meski saya dokter, tapi tak jarang saya harus bersedih melihat mayat bergelimpangan,'' tuturnya saat ikut mengidentifikasi mayat. Namun, di balik itu dia sering berbangga manakala dari tugasnya itu bisa membantu keluarga dalam menemukan saudara yang menjadi korban.
Contohnya, dalam kesabarannya dia menemukan identitas dalam dua lembar kertas tipis yang berada di saku korban yang sudah hancur. Namun, herannya meski wajah korban yang kemudian diketahui bernama, Sangib Adi Cahyadi (54), Karyawan Departemen Agama Banjarnegara, yang sudah tak bisa dikenali, berkat kejelian dr Bimo akhirnya mayat itu diyakini rekan-rekan almarhum dari Banjarnegara yang datang ke RSUD Jumat sekitar pukul 06.00.
''Mayat itu bisa dipastikan bernama Sangib asal Desa Binoro Banjarnegara, karena dua gigi palsunya,'' ujar Bimo. Menurut dia, bersama Tim Satgana, dia beberapa kali ikut pula menolong kejadian tabrakan yang memakan korban jiwa banyak. Misalnya, tabrakan bus Sinar jaya dengan kereta api di Klonengan, kecelakaan tabrakan antardua kereta api, KA Empu Jaya dengan KA Gaya Baru di Brebes. Meledaknya pabrik kembang api di Desa Kalibakung yang menelan jiwa 23 meninggal dunia.
Sebagai relawan dia juga pernah bertugas di Maumere Flores 1992, saat itu ada bencana Tsunami (gempa bumi di dalam laut akhirnya meledak keluar), kemudian Tsunami di Liwa, Lampung Barat. Lainnya bencana kelaparan di Irian Jaya serta kerusuhan bernuansa sara di Ambon.
Pemegang lencana Relawan Nasional 2000 dari PMI Indonesia yang diserahkan Menteri Kesehatan di Jakarta saat rapat koordinasi Operasi Ketupat Lilin Candi 2002 yang baru lalu di Polwil Pekalongan, dia pernah mengusulkan agar penjual kios-kios bensin di pinggir jalan supaya ditertibkan. Usulan itu disampaikan karena pernah ada kejadian di Desa Cepiring Kendal, kios ditabrak bus akhirnya kendaraan terbakar, sehingga menelan banyak korban.
''Ternyata omongan saya terbukti, yakni dengan kejadian ''Jumat Kliwon kelabu'' di Desa Lebaksiu Lor. Bus Sinar Jaya terbakar setelah menabrak drum berisi minyak tanah, sehingga menewaskan 18 orang,'' ujar dia yang mengaku kadang harus mengeluarkan biaya dari saku sendiri saat memberitahu keluarga korban lewat telepon.(Nuryanto Aji-42)


diambil dari suara merdeka

Tidak ada komentar: